Moms zaman now
Negeri News - Pada dasarnya moms zaman old dan moms zaman now itu banyak kesamaannya, terutama sama-sama latah dan sama-sama kepo level maksimal.
Bedanya, kalau zaman mak kita dulu cuma sebatas ikutan arisan panci dan piring Duralex, pakai blazer yang ada shoulder pads, nonton Berpacu Dalam Melodi, dan belajar nari poco-poco, maka mak zaman modern latah dan keponya berpusat pada drakor, acara gosip artis yang tak berkesudahan, dan tentunya gadget.
Selfie dan wefie sudah jadi norma dan kewajiban. Mulai selfie sendiri di mobil, pesawat, dapur, kamar, atau wefie bareng keluarga dan teman-teman. Tiada momen yang terlalu kecil untuk diabadikan dan dibagikan (saya termasuk di dalamnya, hehe).
Asal jangan wefie berdua TTM atau lelaki non-mahram aja, ya moms. Bisa menimbulkan benih-benih perpecahan dalam rumah tangga nantinya.
Yang muslimah juga jangan mengumbar aurat di depan umum. Udah jelas itu aturannya dalam Islam.
Moms zaman now, apakah dia jadi ibu rumah tangga yang berkarir di rumah atau yang bekerja di luar rumah, kebanyakan seneng banget nge-save dan share resep di wall fb atau Instagram. Nggak tau deh, kapan masaknya. Yang penting niat dulu.
Jangan lupa untuk follow akun-akun olshop yang barang dagangannya lucu-lucu dan bikin lapar mata. Bukan mak namanya kalau nggak hobi belanja.
Moms zaman now kebanyakan sekolahnya tinggi dan pintar-pintar. Apalagi kalau disuruh bicara dan komentar.
Hobinya update status dan berdebat tentang segala hal. Mulai polemik ibu rumah tangga saja vs wanita karir, melahirkan normal atawa caesar, ASI vs sufor, provaks lawan antivaks, endesbre endesbre. Pokoknya apa yang dia tau, langsung dishare dan disampaikan, meski masih sebatas “katanya”. Meski ujungnya hanya debat kusir tiada akhir. Kadang yang udah keburu di-share ternyata hoaks, hiks.
Yang penting menang. Beneran penting ini. Menang meski cuma di medsos rasanya puas sekali.
Moms zaman now juga semakin melek politik, atau ingin menunjukkan seolah-olah dirinya paham politik sampai harus diperjuangkan hingga titik darah penghabisan. Mereka (kita) ini antara sadar atau tidak sadar sudah terbelah (atau sengaja) mengelompok jadi kaum yang merasa paling benar sementara kaum seberang pasti salah.
Post a Comment