TNI Anggap Hoax Soal Beredarnya Video Prajurit Sebut Bantuan Lombok Pencitraan, dan Minta Polri Usut
NegeriNews - TNI meminta Polri mengusut sejumlah akun di media sosial yang menyebarkan hoax yang memuat video seorang prajurit. Sejumlah akun itu membuat posting-an yang menyebut prajurit TNI mengatakan bantuan yang diberikan ke korban gempa di Lombok adalah pencitraan.
"Itu kemarin sore (ramainya) tapi ngerekamnya itu mungkin 2-3 hari sebelumnya. Si Prajurit itu kan mengatakan memang belum merata, belum sampailah, hanya bicara itu dia. Kan kita ini terus berusaha (menyalurkan bantuan)," ujar Kapuspen TNI Mayjen Sabrar Fadhilah kepada detikcom, Jumat (17/8/2018).
Ada tiga akun yang menyebarkan video itu dengan posting-an yang sama. Menurut Fadhilah, tiga akun itu adalah @sr23_official (Instagram), @IndonesiaNews, dan @DetektifUpin.
Pada posting-an itu terdapat sebuah video prajurit TNI yang membicarakan soal penyaluran bantuan di Lombok. Ia menjawab sejumlah pertanyaan dari si perekam video. Prajurit itu memang mengatakan adanya kesulitan menyalurkan bantuan sehingga bantuan untuk para korban gempa Lombok belum merata.
Dalam video berdurasi 58 detik itu, sang prajurit sama sekali tidak mengatakan bantuan pemerintah untuk korban Lombok adalah pencitraan. Meski begitu, posting-an pada akun-akun tersebut menjadi viral. Berikut ini caption dalam posting-an video pada akun-akun medsos yang dimaksud:
'PENGAKUAN ANGGOTA TNI yang mengatakan bahwa bantuan dari pemerintah untuk korban bencana di Lombok NTB tidak merata dan hanya dijadikan ajang pencitraan semata bahkan BANYAK relawan mengaku bantuan sempat ditahan pihak jokowi untuk nantinya diklaim bahwa bantuan tersebut berasal dari Pak jokowi! Tolong bantu viralkan..'
Fadhilah mengakui sang prajurit merupakan bintara yang bertugas di daerah Lombok. Namun dia membantah keras adanya pernyataan pencitraan yang dikeluarkan prajurit itu.
"Omongan itu fitnah, tidak ada yang dikatakan seperti itu oleh si bintara, prajurit kita itu," tegas Fadhilah.
Jenderal bintang dua itu tidak membantah memang ada kesulitan dalam penyaluran bantuan. Namun, menurut Fadhilah, TNI bersama instansi lain terus berusaha meminimalkan kesulitan-kesulitan itu. Sejak awal, ribuan prajurit TNI sudah dikerahkan untuk mengatasi dampak gempa di NTB, termasuk mendistribusikan bantuan hingga wilayah-wilayah yang sulit dijangkau.
"Memang sulit, karena kondisi yang jalanan rusak, tidak ada alat angkut, dan ada juga yang di pelosok-pelosok, mungkin di awal-awal belum sampai ke semuanya, tapi hari ini berjalan," tuturnya.
"Kita kan terus berusaha datangkan bantuan, datangkan helikopter, datangkan kapal untuk mencapai ke titik-titik sulit. Termasuk datangkan kendaraan, truk," sambung Fadhilah.
Pihak TNI sudah meminta pihak Polri menelusuri pihak-pihak yang menjadi dalang hoax itu. Fadhilah berharap peristiwa seperti ini tidak terulang.
"Saya sudah bilang ke polisi, sekarang sedang ditelusuri. Itu memang yang @sr23_official isinya memang tendensius, kemudian menyerang apa punlah punya pemerintah yang dianggap jelek," ucapnya.
"Tapi di-retweet-nya juga banyak yang mengatakan negara luar saja mengapresiasi apa yang dilakukan semua orang bahu-membahu, kok kamu malah nyinyir. Ada yang kayak gitu juga saya lihat. Pokoknya kita berkoordinasi ke polisi," tambah Fadhilah.
Fadhilah juga berharap seluruh masyarakat Indonesia bijaksana di media sosial. Dia meminta netizen tidak langsung percaya pada posting-an tanpa ada informasi yang akurat.
Fadhilah juga menegaskan TNI netral. Klarifikasi ini semata-mata untuk meluruskan kabar hoax.
"Kami mengimbau kepada seluruh rakyat Indonesia agar tidak percaya dengan hal-hal hoax seperti ini. Cek dulu kebenarannya sebelum ikut memviralkan," tutup Fadhilah.
PENGAKUAN ANGGOTA TNI yang mengatakan bahwa bantuan dari pemerintah untuk korban bencana di Lombok NTB tidak merata dan hanya dijadikan ajang pencitraan semata -- bahkan BANYAK relawan mengaku bantuan sempat ditahan pihak jokowi untuk diklaim!Tolong bantu ribuan Retweet ! 🙏 pic.twitter.com/lssA4Z4Nhi
— Detektif Upin (@DetektifUpin) August 15, 2018
[dtk]
Post a Comment