Ketahui Delapan Pemicu Konflik Ini Jika Ingin Pernikahanmu Bahagia
Kehidupan pernikahan yang bahagia merupakan harapan semua orang. seiring perjalanannya kita dihadapkan pada kondisi permasalahan yang pada akhirnya memicu pertengkaran. Padahal terkadang masalah yang memicu konflik adalah masalah sepele. Jika anda dihadapkan pada kondisi tersebut, maka anda harus kembali pada tujuan anda untuk menikah. Bukankah pernikahan itu bertujuan untuk menyempurnakan separuh agama, untuk menjalankan sunah Rasul dan semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT. Jika tujuannya itu, saya yakin seberat apapun konflik yang terjadi anda dan pasangan akan mengembalikan semuanya kepada Allah. Disinilah titik point kenapa anda dulu sebelum menikah harus mencari pasangan yang soleh dan solehah. Karena jika istri ataupun suami kita adalah orang-orang yang taat pada RabbNya, menjaga agamanya maka saat dihadapkan pada konflik rumah tangga, mereka akan kembali pada tujuan awal menikah dan akan berlari pada titik yang sama. Yakni Allah.. saat anda mendekat kepada Allah maka dipastikan segala permasalahan akan Allah beri jalan keluar.
Berikut ini adalah hal yang harus anda hindari dalam rumah tangga:
- Meributkan Masalah Sepele. Banyak masalah yang akan timbul dalam suatu hubungan, seperti masalah finansial, Masalah hubungan suami istri atau masalah tentang anak. Mengutip komentar dari pengarang buku Marriage Rules: A Manual for the Married and the Coupled Up, Herriet Lerner, bahwa dalam suatu hubungan biasa timbul masalah karena adanya stres dari pasangan. Lerner menyatakan bahwa stres yang tinggi dapat menjadi pemicu pertengkaran. Untuk meminimalkan stres, sebaiknya sebelum bertindak tarik napas yang dalam dan berpikir dulu. Dan apabila stres sudah terlanjur menjadi pemicu pertengkaran, segeralah minta maaf pada pasangan Anda sebelum masalahnya bertambah besar.
- Tertutup Masalah Finansial. Pada beberapa pasangan, masalah finansial bisa selalu menjadi pemicu pertengkaran. Untuk meminimalkan adanya pertengkaran yang disebabkan masalah finansial, sebaiknya Anda dan pasangan saling terbuka tentang keuangan dan mulai berhemat untuk masa depan bersama.
- Hindari konflik dengan orang-orang diluar keluarga kecil anda. Pada tahapan di mana kita sudah mengenal semua keluarga pasangan dan begitu pula sebaliknya, dari hal ini terkadang timbul perdebatan tentang keluarga. Konflik dengan kakak atau adik. Terkadang kita juga berdebat tentang seberapa sering mengunjungi orang tua masing-masing. Minimalkan isu keluarga tersebut dengan memaksimalkan quality time bersama pasangan dan buah hati. Mulailah membuat kesepakatan bersama tentang seberapa sering bertemu orang tua pasangan atau masalah-masalah lainnya yang menimbulkan pertengkaran.jan
- Sifat egois dan selalau merasa benar. Terkadang peredebatan muncul karena masing-masing pasangan tidak ada yang mau mengalah. Semua merasa paling benar dan cenderung menyalahkan. Semua berhak berpendapat, cari jalan tengah yang paling aman dan mewakili harapan semuanya. Jangan segan untuk meminta maaf kepada pasangan jika kita memang salah. Meminta maaf menunjukan jiwa besar anda. Dan mengisyaratkan bahwa anda menyayanginya dan tidak ingin berkonflik dengannya.
- Tidak peduli pada lingkungan sekitar dan cenderung lepas dari tanggung jawab. Dalam tahapan awal periode menjadi orang tua, bukan hanya kebahagiaan saja yang akan dirasakan. Stres karena memiliki tanggung jawab baru bisa dialami suami-istri. Anda dan pasangan mungkin bisa bertengkar saat harus memutuskan siapa yang akan bertanggung jawab bangun di malam hari untuk mengganti pampers/membuatkan susu. Buatlah kesepakatan dalam berbagi tanggung jawab mengurus buah hati. Termasuk dalam mengurus rumah, pekerjaan rumah tangga bukan hanya tanggung jawab istri, jika para suami melihat istri sibuk dirumah, suami yang baik tidak akan segan membantu pekerjaan istri sehari-hari.
- Membuat keputusan satu pihak. Semua pasangan pasti pernah atau akan menghadapi keadaan di mana harus memilih keputusan yang paling benar. Entah itu mulai dari hal kecil sampai hal besar seperti pada saat menerima pekerjaan baru, membeli rumah baru, sampai keinginan menambah momongan. Apabila Anda dan pasangan dihadapkan pada suatu masalah yang mengharuskan membuat keputusan, coba buatlah efek manfaat dan mudhorat yang akan timbul apabila keputusan itu diambil. Biasakan bermusyawarah dan selalu dibicarakan dengan pasangan terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu.
- Hindari hal yang membosankan. Seperti halnya Anda bosan mengenakan sepatu atau tas kesayangan setiap hari, Anda juga bisa merasakan perasaan yang sama terhadap pasangan. Timbulnya perasaan ini karena Anda sudah bersama dengan pasangan dalam jangka waktu yang lama. Cobalah untuk menghargai keberadaan pasangan yang sudah menemani Anda dalam masa yang mudah maupun sulit dan terbuka dalam setiap masalah. Untuk mengusir kebosanan terhadap pasangan, cobalah hal-hal yang baru. Sesekali anda juga harus menyempatkan waktu pergi berdua tanpa anak-anak ketempat-tempat yang menurut anda menarik dan indah.
- Minimalisir Krisis Usia Paruh Baya. Tidak dimungkiri bahwa Anda dan pasangan akan mengalami penuaan, kemudian mengalami krisis usia paruh baya. Untuk mempertahankan keharmonisan dengan pasangan dan meminimalkan dampak psikologis dari krisis usia paruh baya tersebut, mulailah bernostalgia tentang masa muda Anda dengan pasangan dan mencari passion dalam diri anda untuk membangkitkan semangat yang baru di usia yang sudah tidak muda lagi bersama pasangan.
Post a Comment